Senin, 26 Juli 2010

BIOGRAFI DAN KARYA IMAM ABU DAWUD DAN IMAM AT-TIRMIDZI

BAB 1
PENDAHULUAN

Mempeajari hadits merupakan sesuatu yang sangat urgen, sebab hadits merupakan salah satu pegangan dalam ajaran islam. Begitu pula dalam mempelajari ilmu hadits tak bisa dielakkan dalam mempelajari sejarah para periwayatnya untuk mengetahui kedudukan suatu hadits. Kedudukan hadits juga akan dipengaruhi oleh siapa yang meriwayatkannya, setelah diketahui bagaimana seorang rawi maka ini merupakan salah satu faktor penentu apakah hadits tersebut shahih, hasan, ata dha’if.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai biografi dan hasil karya dari dua imam perawi hadits yaitu Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi.


BAB II
ISI

A. Biografi Imam Abu Dawud

1. Nama, silsilah dan keturunannya
Imam Abu Dawud Sulaiman ibn Ash`ath ibn Ishaq Bashir ibn Shaddad ibn `Umar `Imran al-Azdi Sajastani. Bapak beliau yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan beliau dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits. (http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Dawud)

2. Tahun dan tempat kelahirannya
Imam Abu Dawud dilahirkan di Sajistan, sebuah kota yg terkenal di Khurasan pada tahun 202H.Beliau termasuk bangsa arab, Azd. Walaupun beliau dilahirkan di Sajistan tapi beliau menghabiskan waktunya yg paling berkesan di Basrah yg pada saat itu merupakan pusat ilmu islam. Imam Abu Dawud juga mengembara mengumpulkan hadits. Beliau sering berkunjung ke Baghdad. Beliau juga pergi ke Hijaz, Mesir, al-Jazirah, Naisabur, Syria dan Isfahan.

3. Keistimewaannya.
Beliau dianugerahi dengan kecerdasan yg luar biasa. Imam Abu Dawud dapat menghapal seluruh isi sebuah kitab hanya dengan satu kali membacanya. Beliau terkenal ahli dalam mengkritik hadits dan membedakan antara matan/redaksi hadits dari yg lemah dan cacat. Hanya empat orang yg pantas diakui namanya dlm hal mengkritik hadits. Mereka adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud dan Imam Nasa'i. Imam Abu Dawud hidup dimasa dunia islam memiliki para ulama yg istimewa. Beliau banyak mengomentari hadits, beliau dijuluki sebagai Imamul Muhaditsin (Imamnya para ahli hadits -pent).
Pada masa hidupnya, Abu Dawud telah mengumpulkan kurang lebih sekitar 50.000 hadits. Puluhan ribu hadits ini kemudian diseleksi dan menulisnya kembali sehingga menjadi 4.800 shahih, di antara hadits-hadits tersebut terkumpul pada kitab hadits, Sunan Abu Dawud.( http://1001tokohislam.blogspot.com/2009/02/imam-abu-dawud.html)
Disamping keahliannya dalam bidang hadits beliau juga seorang ahli fiqih. Beliau memiliki pemahaman yg mendalam dalam bidang fiqih dan ijtihad. Beliau seorang yg sangat taat, shaleh dan zuhud. Beliau menghabiskan seluruh hidupnya untuk beribadah dan berdzikir pada Allah. Beliau selalu mennjauhi pejabat, teman2 Sultan dan orang2 istana.
Di kabarkan bahwa Imam Abu Dawud biasa memakai pakaian yg sebelah lengannya berukuran besar dan sebelah lainnya berukuran normal. Ketika ditanyakan kepada beliau tentang hal tersebut, beliau mejawab : " (alasannya adalah) Untuk menyimpan catatan-catatan hadits, menurutku tidak perlu membesarkan lengan baju yg sebelah lagi karena hal itu adalah pemborosan.". Tidak diketahui dengan pasti dimana asalnya beliau belajar. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau adalah ahli fiqih mazhab hambali, sebagian yg lain mengatakan beliau ahli fiqih mazhab syafi'i.( http://superpedia.rumahilmuindonesia.net/index.php?title=Abu_Daud) namun dalam sumber lain penulis menemukan guru-guru dimana Imam Abu Dawud belajar yaitu Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Dawud)

4. Karyanya
Imam Abu Dawud mendengar hadits dari 300 orang yg merupakan gurunya. Diantaranya adalah: Imam Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaiy, Abu Thaur, Yahya bin Mai`in. Satu hal yg membuktikan keistimewaan beliau adalah beliau meriwayatkan hadits-hadits kepada guru-gurunya Imam Ahmad. Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits darinya. Diantara murid-murid Imam Abu Dawud yg terkenal adalah: Ibnu Arabi, Abu `Isa at-Tirmidzi dan Abu Abdurrahman An-Nasa'i.
Mereka merupakan penerus karya beliau yg sangat terkenal "Sunan Abu Dawud". Imam Muslim juga salah satu muridnya. Karya-karya Imam Abu Dawud adalah: Kitab Ar-Radd Ala Ahl al-Qadr Kitab Al-Masa'il Musnad Malik Kitab Al-Marasil Sunan Abu Dawud

5. Sunan Abu Dawud
Karya beliau yg paling terkenal dari seluruh karyanya adalah Sunan Abu Dawud. Pada kitab tsb terkandung 4800 sunnah/atsar yg diambil dari 500.000 koleksi hadits.
Beliau menyelesaikannya di Baghdad pada 241H. Beliau mempersembahkan karyanya yg telah selesai kepada gurunya tercinta Imam Ahmad bin Hambal yang sangat senang terhadap karya tersebut.
Sunan Abu Dawud adalah sebuah koleksi yg penting dlm bidang hadits. Banyak ulama yg memposisikannya pada urutan ketiga diantara enam induk kitab hadits. Yaitu setelah posisi Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

6. Beberapa Murid dari Imam Abu Dawud
Tidak hanya memiliki guru, Abu Dawud pula memiliki banyak murid, diantaranya: Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, Abu Ubaid Al Ajury, Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdadi, Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry, Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih, Isma`il bin Muhammad Ash Shofar, Abu Bakr bin Abi Daud (anak Abu Dawud), Zakariya bin Yahya As Saaji, Abu Bakr Ibnu Abi Dunya, Ahmad bin Sulaiman An Najjar, Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshari, Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar, Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`i, Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry.
Abu Dawud wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan dishalatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimi. (http://1001tokohislam.blogspot.com/2009/02/imam-abu-dawud.html)

7. Beberapa pernyataan dari ulama hadits mengenai Sunan Abu Dawud
Al-Khattabi mengatakan: Sunan Abu Dawud adalah kitab yg istimewa. Selama ini tidak ada karya yg menyamai yg dibuat sangat bagus dalam ilmu agama. Kitab itu telah terkenal bagi ummat. Kitab itu memiliki posisi yg meyakinkan diantara bermacam-maca tingkatan ulama dan fuqoha. Semuanya mengambil manfaat darinya. Penduduk Iraq, Mesir, Maghrib(Maroko -pent), dan sebagian besar negri-negri lainnya menggunakan kitab tersebut.
Ibnul Jauzi berkata: Abu Dawud seorang pakar dalam bidang hadits dan seorang ulama yg menarik perhatian. Tidak ada yg menulis kitab seperti Sunan-nya.
Ibnu Katsir berpendapat: Sunan Abu Dawud adalah dianggap suatu karya yg terkenal diantara para ulama.
Imam Abu Dawud sendiri berkata: Pada kitabku ini ada empat hadits yg mencukupi orang yg cerdas, yaitu: -Perbuatan tergantung pada niatnya -Kebaikan seseorang dalam islam adalah dia meninggalkan apa yg tidak bermanfaat baginya -Tidaklah seseorang diantara kalian diangap beriman sampai kalian mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri -Yang halal adalah jelas, dan yang haram adalah jelas, diantara keduanya terdapat perkara yang samar (syubhat). Barangsiapa meninggalkan yg syubhat maka dia telah menyelamatkan agamanya.
Sunnah-sunnah yg dikumpulkan dalam Sunan Abu Dawud adalah yang biasa dilakukan oleh para shahabat, tabi'in dan atba'ttabi'in. Itu adalah landasan dasar pengetahuan tentang kaidah yg dipegang oleh Imam Malik, Sufyan Ats Tsaury dan Al-Auza'i. Hal itu yg dapat memutuskan diantara perkara yg dipertentangkan diantara ahli fiqih.

8. Wafatnya
Imam Abu Dawud meninggal pada hari Jum'at 16 Syawal 275H pada usia 72 tahun.

B. Biografi Imam At-Tirmidzi
1. Nama dan kelahirannya
Imam al-Hafiz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmizi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz.
2. Perkembangan dan lawatannya
Kakek Abu ‘Isa at-Tirmizi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana. Di kota inilah cucunya bernama Abu ‘Isa dilahirkan. Semenjak kecilnya Abu ‘Isa sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadits. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke berbagai negeri: Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam perlawatannya itu ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits yang kem dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan atau ketika tiba di suatu tempat. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya dengan seorang guru di perjalanan menuju Makkah. Kisah ini akan diuraikan lebih lanjut.
3. Wafat
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.
4. Guru-gurunya
Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh. Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmizi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka.
Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain.
5. Murid-muridnya
Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di antaranya ialah Makhul ibnul-Fadl, Muhammad binMahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-‘Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami’ daripadanya, dan lain-lain.
6. Kekuatan Hafalannya
Abu ‘Isa aat-Tirmizi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya ialah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Dawud, yang berkata:
"Saya mendengar Abu ‘Isa at-Tirmizi berkata: Pada suatu waktu dalam perjalanan menuju Makkah, dan ketika itu saya telah menuslis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut berpapasan dengan kami. Lalu saya bertanya-tanya mengenai dia, mereka menjawab bahwa dialah orang yang kumaksudkan itu. Kemudian saya menemuinya. Saya mengira bahwa "dua jilid kitab" itu ada padaku. Ternyata yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang mirip dengannya. Ketika saya telah bertemu dengan dia, saya memohon kepadanya untuk mendengar hadits, dan ia mengabulkan permohonan itu. Kemudian ia membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia mencuri pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada tulisan sesuatu apa pun. Demi melihat kenyataan ini, ia berkata: ‘Tidakkah engkau malu kepadaku?’ lalu aku bercerita dan menjelaskan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal semuanya. ‘Coba bacakan!’ suruhnya. Lalu aku pun membacakan seluruhnya secara beruntun. Ia bertanya lagi: ‘Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku?’ ‘Tidak,’ jawabku. Kemudian saya meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat puluh buah hadits yang tergolong hadits-hadits yang sulit atau garib, lalu berkata: ‘Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,’ Lalu aku membacakannya dari pertama sampai selesai; dan ia berkomentar: ‘Aku belum pernah melihat orang seperti engkau."
7. Pandangan para kritikus hadits
Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban, kritikus hadits, menggolangkan Tirmizi ke dalam kelompok "Siqat" atau orang-orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya, dan berkata: "Tirmizi adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits, menyusun kitab, menghafal hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama."
Abu Ya’la al-Khalili dalam kitabnya ‘Ulumul Hadits menerangkan; Muhammad bin ‘Isa at-Tirmizi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik yang telah diakui oleh para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-Ta’dil. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan imam yang menjadi ikutan dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jami’us Sahih sebagai bukti atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan pengetahuannya tentang hadits yang sangat mendalam.
8. Fiqh Tirmizi dan Ijtihadnya
Imam Tirmizi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang mewakili wawasan dan pandangan luas. Barang siapa mempelajari kitab Jami’nya ia akan mendapatkan ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mazhab fikih. Kajian-kajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya.
Salah satu contoh ialah penjelasannya terhadap sebuah hadits mengenai penangguhan membayar piutang yang dilakukan si berutang yang sudah mampu, sebagai berikut: "Muhammad bin Basysyar bin Mahdi menceritakan kepada kami Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abi az-Zunad, dari al-A’rai dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, bersabda: ‘Penangguhan membayar utang yang dilakukan oleh si berutang) yang mampu adalah suatu kezaliman. Apabila seseorang di antara kamu dipindahkan utangnya kepada orang lain yang mampu membayar, hendaklah pemindahan utang itu diterimanya."
Imam Tirmizi memberikan penjelasan sebagai berikut: Sebagian ahli ilmu berkata: " apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang mampu membayar dan ia menerima pemindahan itu, maka bebaslah orang yang memindahkan (muhil) itu, dan bagi orang yang dipindahkan piutangnya (muhtal) tidak dibolehkan menuntut kepada muhil." Diktum ini adalah pendapat Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ahli ilmu yang lain berkata: "Apabila harta seseorang (muhtal) menjadi rugi disebabkan kepailitan muhal ‘alaih, maka baginya dibolehkan menuntut bayar kepada orang pertama (muhil)." Mereka memakai alas an dengan perkataan Usma dan lainnya, yang menegaskan: "Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim."
Menurut Ishak, maka perkataan "Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim" ini adalah "Apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang dikiranya mampu, namun ternyata orang lain itu tidak mampu, maka tidak ada kerugian atas harta benda orang Muslim (yang dipindahkan utangnya) itu."
Itulah salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita, bahwa betapa cemerlangnya pemikiran fiqh Tirmizi dalam memahami nas-nas hadits, serta betapa luas dan orisinal pandangannya itu.
9. Karya-karyanya
Imam Tirmizi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya:
a) Kitab Al-Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi
b) Kitab Al-‘Ilal
c) Kitab At-Tarikh
d) Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah
e) Kitab Az-Zuhd
f) Kitab Al-Asma’ wal-Kuna
Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.
10. Sekilas tentang Al-Jami’
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmizi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolonga salah satu "Kutubus Sittah" (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal. Al-Jami’ ini terkenal dengan nama Jami’ Tirmizi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Tirmizi. Namun nama pertamalah yang popular.
Sebagian ulama tidak berkeberatan menyandangkan gelar as-Sahih kepadanya, sehingga mereka menamakannya dengan Sahih Tirmizi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak tepat dan terlalu gegabah.
Setelah selesai menyususn kitab ini, Tirmizi memperlihatkan kitabnya kepada para ulama dan mereka senang dan menerimanya dengan baik. Ia menerangkan: "Setelah selesai menyusun kitab ini, aku perlihatkan kitab tersebut kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasan, dan mereka semuanya meridhainya, seolah-olah di rumah tersebut ada Nabi yang selalu berbicara."
Imam Tirmizi di dalam Al-Jami’-nya tidak hanya meriwayatkan hadits sahih semata, tetapi juga meriwayatkan hadits-hadits hasan, da’if, garib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya.
Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali hadits-hadits yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh karenanya, ia meriwayatkan semua hadits yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu sahih ataupun tidak sahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadits.
Diriwayatkan, bahwa ia pernah berkata: "Semua hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah dapat diamalkan." Oleh karena itu, sebagian besar ahli ilmu menggunakannya (sebagai pegangan), kecuali dua buah hadits, yaitu:
a) "Sesungguhnya Rasulullah SAW menjamak shalat Zuhur dengan Asar, dan Maghrib dengan Isya, tanpa adanya sebab "takut" dan "dalam perjalanan."
b) "Jika ia peminum khamar, minum lagi pada yang keempat kalinya, maka bunuhlah dia."
Hadits ini adalah mansukh dan ijma ulama menunjukan demikian. Sedangkan mengenai shalat jamak dalam hadits di atas, para ulama berbeda pendapat atau tidak sepakat untuk meninggalkannya. Sebagian besar ulama berpendapat boleh (jawaz) hukumnya melakukan salat jamak di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Pendapat ini adalah pendapat Ibnu Sirin dan Asyab serta sebagian besar ahli fiqh dan ahli hadits juga Ibnu Munzir.
Hadits-hadits dha’if dan munkar yang terdapat dalam kitab ini, pada umumnya hanya menyangkut fada’il al-a’mal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan). Hal itu dapat dimengerti karena persyaratan-persyaratan bagi (meriwayatkan dan mengamalkan) hadits semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi hadits-hadits tentang halal dan haram.

C. Hadits Dha’if dari Keduanya
Kami meriwayatkan dari anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ.
'Doa di antara adzan dan iqamat tidak tertolak'." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibn as-Sunni dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih."
Takhrij Hadits: Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud; Abdur Razzaq no. 1909; Ibnu Abi Syaibah no. 8465 dan 19138; Ahmad 3/119, 155, 225 dan 254; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab ad-Du'a' Baina al-Adzan Wa al-Iqamat, 1/199, no. 521; at-Tirmidzi, Kitab ash-Shalah, Bab ad-Du'a' Baina al-Adzan Wa al-Iqamat, 1/415, no. 212; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah no.67-69; Abu Ya'la no.3679, 3680 dan 4147; Ibnu Khuzaimah no.425-427; Ibnu Hibban no.1696; ath-Thabrani dalam ad-Du'a' no.483-487; Ibn as-Sunni no.102; al-Hakim 1/198; al-Baihaqi 1/410; al-Baghawi no.1365: dari beberapa jalan, dari Anas dengan hadits tersebut. Hadits ini memiliki lebih dari satu jalan yang shahih lagi marfu', jadi ia tidak terpengaruh oleh riwayat an-Nasa`i no. 70-72 secara mauquf lebih-lebih perkara ini termasuk perkara yang tidak diketahui dengan akal. Karena itu hadits ini dishahihkan oleh at-Tirmidzi, an-Nawawi, al-Mundziri, al-Asqalani, Ahmad Syakir dan al-Albani, pent.
At-Tirmidzi dalam riwayatnya dalam Kitab ad-Da'awat dalam Jami'nya menambahkan,

قَالُوْا: فَمَاذَا نَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: سَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ.
"Mereka berkata, 'Apa yang kami ucapkan ya Rasulullah?' Rasulullah a menjawab, 'Min-talah keselamatan kepada Allah di dunia dan akhirat'."
Takhrij Hadits: Dhaif: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi Kitab ad-Da'awat, Bab al-Afwi Wa al-Afiyah, 5/576, no. 3594. Abu Hisyam ar-Rifa'i menyampaikan kepada kami, Yahya bin al-Yaman menyampaikan kepada kami, Sufyan menyampaikan kepada kami, dari Zaid al-Ammi, dari Muawiyah bin Qurrah, dari Anas dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, "Yahya bin Yaman menambahkan kata tersebut dalam hadits." Aku berkata, "Abu Hisyam ar-Rifa'i haditsnya lemah, Yahya bin al-Yaman banyak melakukan kesalahan dan hafalannya berubah, Zaid al-Ammi adalah rawi dhaif. Jadi tambahan ini adalah dhaif. Benar terdapat hadits hasan shahih yang memerintahkan berdoa meminta maaf dan keafiatan akan tetapi ia bersifat mutlak, tidak terikat dengan adzan, pent.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika selesai makan, beliau mengucapkan: "Alhamdulillahilladzi ath'amanaa wa saqaanaa waj'alnaa minal muslimiin" (Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan memberi kami minum serta menjadikan kami termasuk golongan orang-orang yang muslim) (HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, Ibnu Majah),
Hadis ini dhaif. Karena jalur periwayatannya mudltharib (goncang), karena ada rawi yang tidak diketahui pasti namanya, ditambah lagi ada seorang rawi (Ismail bin Ribah, yang namanya juga diragukan kebenarannya) yang majhul (tidak dikenal keadaannya). Hal ini telah diterangkan oleh al-Imam Ibnul Madini, Abu Hatim dan Adz-Dzahabi. Demikian juga keadaan bapaknya, adalah seorang rawi yang majhul. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, "Dia ini mudltharib". al-Imam Adz-Dzahabi mengatakan, "Hadits ini gharib (asing) munkar"


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani, yang lebih dikenal dengan Imam Abu Dawud. Ia lahir tahun 202 H (817 M) di Basrah, Irak dan wafat tahun 276 H (888 M). Dalam kitab hadits, Abu Daud, Abi Daud, atau Abu Dawud dikenal sebagai salah seorang perawi hadits. Semasa hidupnya, Abu Dawud telah mengumpulkan sekitar 50.000 hadits. Puluhan ribu hadits ini kemudian diseleksi dan menulisnya kembali sehingga menjadi 4.800 shahih, di antaranya terkumpul pada kitab hadits, Sunan Abu Dawud.
Imam at-Tirmidzi adalah Abu Isa Muhammad bin Musa bin ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmidzi. Lahir di kota Tirmiz dan mulai gemar mempelajari ilmu hadis sejak masih kecil. Sebagaimana Imam-imam hadits yang lain, beliaupun mempelajari hadits diberbagai negeri, diantaranya Hijaz, Irak, dan Khurasan. Beliau menimba ilmu hadits dari beberapa ulama terkemuka, antara lain : Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Qutaibah bin Sa’id, Ishak bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin Abdul Rahman, Muhammad bin Basysyar, Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’ dan Muhammad bin al-Musanna. Sebagai ulama hadits, Imam at-Tirmidzi terkenal shaleh, taqwa, jujur, sangat teliti dan kuat hafalannya. Kemuliaan dan keluasan ilmunya ini mendapat pengakuan dan pujian dari Al-Hakim Abu Abdullah, “Saya mendengar Umar bin ‘Ak berkata ; Imam Bukhori wafat dan tidak meninggalkan ulama penggantinya di Khurasan seperti Abu Isa at-Tirmidzi dalam bidang ilmu, kekuatan hafalannya, wara’ dan kezuhudannya.” Kitab-kitab yang ditulis oleh Imam at-Tirmidzi adalah : Kitab al-Jami’ (Sunan at-Tirmidzi), Kitab al-Illat, Kitab at-Tarikh, Kitab as-Syama’il an-Nabawiyah, Kitab az-Zuhud, dan Kitab al-Asma wal Kuna. Di antara ke-enam karya Imam at-Tirmidzi ini, yang paling populer adalah al-Jami’ (Sunan at-Tirmidzi).

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

As-Shalih, Dr, Subhi, 2007, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, Pustaka Firdaus, Jakarta.
Siddiq, Arif Rahman, Imam Abu Dawud, http://persis.or.id/?cat=50http://www.namaislami.com/ Acces, selasa 20 Oktober 2009.
Azhar, Imam Abu Dawud, http://1001tokohislam.blogspot.com/2009/02/imam-abu-dawud.html Trimudillah, Bukhari,Muslim,Abu Daud,Tirmidzi,Nasa’i,Ibn Majah, http://trimudilah.wordpress.com/author/trimudilah/
Pusat Kajian Salaf, Silsilah Ash-Shohihah No.10, http://kampungsalaf.wordpress.com/2008/09/07/silsilah-ash-shohihah-no10/
Super Pedia Rumah Indonesia, Abu Dawud, http://superpedia.rumahilmuindonesia.net/index.php?title=Abu_Daud
Alqur’an Assunnah, Biografi Ahlul Hadits, Para Sahabat, Tabi’in dan Tabiut Tabi’in beserta Keluarga Rasulullah, http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/24/imam-abu-dawud/
Wiki Pedia Bebas Habasa Indonesia, Abu Dawud, http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Dawud
Muqorrobin, Hadis-Hadis Bermasalah Seputar Doa, http://muqorrobin.multiply.com/tag/hadits
Nashori, Imam At Tirmidzi, http://nashoriws.wordpress.com/2009/05/06/imam-tirmidzi-209-279-h824-892-m/
Portege181, Mengenal Kitab Jami’ at-Tirmidzi dan Penulisnya http://id.wordpress.com/tag/tirmidzi/